Home

Kamis, 26 Mei 2011

04:05 PM sec.01

“Mas Fathir nggak pulang?” seorang gadis bertanya pada teman laki-laki di hadapannya. Laki-laki itu tampak kebingungan dengan perkataan yang baru saja didengarnya. Apa maksudnya? Pulang? Rasanya baru duduk 10 menit-an, kok ngajak pulang?
“Pulang? Masih sore. Dan lagi kita masih duduk disini 10 menit. Kenapa ngajak pulang?” jawabnya mempertahankan keberadaan.
“Ehm, maksudku pulang kampung. Ke tempat ayah dan ibu gitu.” Gadis itu menjelaskan.
“Oh, belum ada rencana, Gis. Kenapa emang?”
“Aku pengen pulang. Aku kangen ayah.”
“Kenapa nggak pulang? Kalo aku sih males. Lagian nggak ada kerjaan kok disana.”
“Ada hal yang masih aku pikirkan. Jadi masih ragu buat pulang.”
“Kalo pulang kasih tahu aku. Aku akan antar kamu ke Surabaya. Kan aku punya sepupu disana.” Gadis itu mengerutkan kening. Pertanda kebingungan.
“Bener mas Fathir mau nganter aku? Nanti ngerepotin. Nggak deh, mas. Makasih.” Penolakan secara halus.
“Nggak apa. Aku juga sekalian main.” Agis diam. Tapi terkesan mengiyakan. Tak lama ia mengucpkan “Makasih, mas.”

Coffee Latte telah terseruput habis oleh keduanya. Fathir segera berdiri menuju meja kasir untuk membayar. Kemudian cowok itu memimpin Agis keluar menuju Honda Revo miliknya yang terparkir manis di depan kedai. Sesaat kemudian mereka berbaur dengan para pengguna jalan lainnya. Motor itu membawa sepasang teman akrab itu menuju tempat kost Agis yang dapat ditempuh selama 10 menit. Di bawah langit sore kota Yogyakarta.

“Hati-hati mas! Makasih ya.” Kata Agis pada Fathir.
“Yoi, sama-sama! SMS ya, kalo mau berangkat, biar aku jemput besok.” Agis mengangguk. Dan membiarkan Fathir berlalu. Sesaat ia mengembuskan napas, berat. Ia memasuki rumah kost-nya.

********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar